Liputanborneo.com, KUTAI KARTANEGARA – Ketahanan pangan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi sorotan utama seiring meningkatnya peran daerah ini sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Isu tersebut mengemuka dalam kegiatan Sarasehan Ketahanan Pangan dan Tanam Padi Bersama Petani dan Mahasiswa di Muara Jawa Ulu, Sabtu (25/10/2025).
Kegiatan yang digagas Anggota Komisi II DPRD Kukar, Rahmat Dermawan, menggambarkan keresahan banyak pihak atas kesiapan daerah menghadapi lonjakan kebutuhan pangan. Rahmat, yang juga Ketua IKA Pemsos FISIP Unmul, menilai bahwa sektor pertanian masih menghadapi persoalan klasik yang menghambat peningkatan produksi.
“Pupuk dan alat pertanian selalu menjadi masalah berulang. Kebijakan pangan harus benar-benar berpihak kepada petani. Kita tak bisa bicara ketahanan pangan tanpa memperhatikan kesejahteraan mereka,” ujarnya dalam sambutan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Muhammad Taufik, mengakui bahwa produksi pangan daerah masih jauh dari cukup. Dengan 17.370 hektare lahan sawah dan 120 ribu ton gabah per tahun, Kukar baru memenuhi sekitar 30–40 persen kebutuhan pangan Kalimantan Timur. “Boro-boro menyiapkan untuk IKN, memenuhi kebutuhan Kaltim saja masih berat. Tapi ini peluang besar untuk berbenah,” katanya.
Pemkab Kukar, lanjutnya, kini menempatkan pertanian sebagai fondasi utama pembangunan 2025–2030 bersama pariwisata dan industri hijau. Upaya hilirisasi hasil pertanian, pemanfaatan lahan eks tambang, serta penguatan koperasi tani menjadi langkah strategis menuju kemandirian pangan.
Sementara itu, Direktur Ketahanan Pangan Otorita IKN, Dr. P. Setia Lenggono, menyampaikan bahwa berdasarkan Kepres Nomor 79 Tahun 2025, pemindahan ibu kota ke Nusantara akan berlangsung penuh pada 2028. Karena itu, daerah penyangga seperti Kukar harus siap menjadi lumbung pangan strategis bagi kawasan baru tersebut.
“Pangan adalah urat nadi pembangunan. Tanpa ketahanan pangan, IKN hanya akan menjadi kota besar tanpa fondasi sosial yang kuat,” ujarnya.
Kegiatan sarasehan ditutup dengan penanaman padi simbolis oleh petani, mahasiswa, dan dosen. Aksi itu menjadi penanda bahwa masa depan ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga pada kemauan bersama untuk menanam dan menjaga bumi.







