Search

Rumah Sahroni hingga Sri Mulyani Dijarah, Media Asing Ikut Angkat Suara

Senin, 1 September 2025
Foto : Seorang pengunjuk rasa berjalan sambil membawa bendera Indonesia di depan gedung Mabes Polri yang dijarah di Surabaya, Indonesia, pada 31 Agustus 2025.

Liputanborneo.com, Jakarta – Gelombang unjuk rasa yang berujung ricuh di Indonesia kini mendapat perhatian luas dari media internasional. Sejumlah rumah pejabat publik, termasuk kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan anggota DPR Ahmad Sahroni, dilaporkan menjadi sasaran penjarahan massa. Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya tensi politik dan sosial, serta memicu sorotan global terkait stabilitas situasi di tanah air.

The Strait Times, media asal Singapura, menuliskan bagaimana kediaman Sri Mulyani yang berada di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, diserbu pada Minggu (31/8/2025) dini hari.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi salah satu dari target berprofil tinggi pada dini hari 31 Agustus, massa memaksa masuk ke kediamannya di Bintaro, di luar Jakarta,” tulis media tersebut.

Mereka juga menggambarkan bagaimana massa merusak properti dan membawa lari barang berharga, mulai dari elektronik, furnitur, hingga lukisan.

Sorotan publik terhadap Sri Mulyani sebelumnya meningkat setelah pernyataan kontroversialnya yang menyamakan pajak dengan zakat. Situasi diperkeruh oleh kemunculan video deepfake yang menggambarkannya menyebut guru sebagai beban negara. Kondisi inilah yang memperbesar amarah demonstran hingga memicu aksi anarkis.

Rumah Ahmad Sahroni di Jakarta juga menjadi salah satu sasaran awal.

The Strait Times menulis, “Rumah pertama yang diserbu adalah anggota DPR Ahmad Sahroni, terkenal karena memamerkan armada mobil mewahnya.”

Media tersebut turut mengutip kembali ucapan Sahroni yang pernah melabeli orang Indonesia yang menuntut pembubaran DPR sebagai orang paling tolol di dunia.

CNN menambahkan bahwa pernyataan Sahroni dianggap tidak sensitif, khususnya di tengah kemarahan publik atas tunjangan anggota DPR yang dinilai berlebihan.

Tidak berhenti pada isu penjarahan, media asing juga menyoroti dampak lain dari kericuhan di Indonesia, yakni hilangnya fitur TikTok Live. Al-Jazeera melaporkan bahwa ByteDance, perusahaan induk TikTok, secara sukarela menangguhkan fitur tersebut di Indonesia sejak Sabtu malam.

Mengingat meningkatnya kekerasan dalam protes di Indonesia, kami mengambil langkah-langkah keamanan tambahan untuk menjaga TikTok sebagai ruang yang aman dan beradab,” tulis Al-Jazeera mengutip pernyataan resmi ByteDance.

Langkah ini menuai reaksi keras dari pengguna Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna TikTok terbesar di dunia, lebih dari 100 juta orang, fitur live selama ini kerap digunakan masyarakat untuk menyiarkan langsung situasi di lapangan, termasuk aksi demonstrasi yang diwarnai gas air mata dan meriam air oleh aparat.

Situasi Indonesia yang menjadi sorotan media asing ini menunjukkan betapa besar dampak gelombang protes yang sedang terjadi. Bukan hanya menguji stabilitas politik dalam negeri, tetapi juga menempatkan reputasi Indonesia dalam pengamatan publik internasional. (*)

***

Sumber : kompas.tv

Editor : Rachaddian (dion)

BERITA LAINNYA