Liputanborneo.com, Samarinda – Setelah lebih dari satu dekade mengabdi di bumi Etam, Terens Owang Priska Puhiri akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal pada klub yang ia sebut sebagai cinta pertamanya, Borneo FC Samarinda. Pemain kelahiran Jayapura ini resmi dilepas ke PSS Sleman, mengakhiri bab panjang perjalanannya bersama klub yang membesarkan namanya.
Dikenal sebagai salah satu ikon Borneo FC, Terens bukan sekadar pemain. Ia adalah saksi sejarah lahirnya klub kebanggaan Samarinda tersebut. Sejak awal kariernya, Terens memang telah menapaki jalan penuh liku dalam dunia sepak bola Indonesia.
Bermula dari SSB Numbay Star di Papua, talenta dan kecepatannya membawanya terpilih masuk Deportivo Indonesia pada 2012, sebuah program pengembangan pemain muda yang berlatih dan berlaga di Uruguay. Setahun berselang, ia memulai petualangan barunya di Kalimantan Timur bersama Persisam U-21, hingga akhirnya dipromosikan ke tim utama.
Namun, bubarnya Persisam membuka babak baru bagi Terens. Ia menjadi bagian dari skuat awal Pusamania Borneo FC (PBFC) — kini Borneo FC — yang berdiri pada 2014. Sejak saat itu, nama Terens melekat erat dengan klub yang ia bela selama lebih dari satu dekade, termasuk saat membawa tim promosi ke kasta tertinggi pada musim 2014/2015.
Bahkan, pada 2017, Borneo FC mempercayakan pengembangan karier Terens dengan meminjamkannya ke klub asal Thailand, Port FC, sebagai upaya menambah pengalaman internasionalnya.
Meski dikenal bertubuh mungil dengan tinggi 157 cm, kiprah Terens di lapangan tidak pernah kecil. Ia tampil konsisten, penuh semangat, dan loyal hingga detik terakhir kariernya bersama Pesut Etam. Perpisahan ini pun menyisakan haru, baik bagi klub maupun para pendukung.
“Terima kasih Borneo FC, fans dan suporter untuk support-nya selama ini. Borneo akan selalu menjadi rumah dan cinta pertama saya,“ tulis Terens dalam kolom komentar unggahan perpisahan Borneo FC di media sosial.
Kepergian Terens memang menyisakan ruang kosong di hati pendukung Borneo FC. Namun, warisannya sebagai simbol loyalitas dan semangat juang akan terus hidup dalam ingatan publik Samarinda. Meski tak lagi berseragam oranye, jejak Terens di Mahakam tak akan pernah hilang. (*)







