Liputanborneo.com, Samarinda – Cita-cita Kalimantan Timur (Kaltim) untuk mencapai swasembada pangan masih menjadi pekerjaan rumah yang panjang. Hingga kini, kebutuhan pangan daerah masih sangat bergantung dari pasokan luar.
Kepala Dinas Pangan, Tanaman, dan Hortikultura (DPTH) Kaltim, Siti Farisyah Yana, menegaskan ada banyak tantangan yang harus dilewati agar Bumi Etam mampu berdiri di atas kaki sendiri.
“Dari ekosistem, perencanaan yang holistis, serta kolaborasi berbagai pihak,” katanya, Minggu (17/8/2025).
Ia menjelaskan, kondisi Kaltim berbeda dengan Pulau Jawa yang sudah memiliki ekosistem pertanian mapan. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat di Jawa, sedangkan di Kaltim pilihan pekerjaan jauh lebih beragam.
Selain itu, lahan di Kaltim juga berebut pemanfaatan dengan sektor lain seperti perkebunan, tambang, hingga perumahan.
“Karena itu, perlu perencanaan yang cermat,” lanjutnya.
Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, maupun Wakil Gubernur Seno Aji, menargetkan instansi terkait bisa melaksanakan program yang mendongkrak produksi pertanian. Menurut Yana, program tersebut harus selaras dengan sektor pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur.
Langkah inventarisasi lahan tidur kini terus dikebut. Dari proses itu, tercatat 1.890 hektare lahan disiapkan menjadi cetak sawah tahun ini. DPTH juga sudah menyusun Survei Inventarisasi Desain (SID) untuk diusulkan ke pemerintah pusat.
“Sudah ada lahan yang disiapkan untuk pertanian. Tapi, spot-spot gitu lokasinya karena berhimpitan dengan pemanfaatan lain,” jelas Yana.
Ia menekankan, swasembada tidak hanya berpatokan pada produksi beras. Sumber pangan lain seperti jagung dan singkong juga harus digarap.
Dengan strategi ini, Kaltim berharap bisa mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah sekaligus membuka jalan menuju kemandirian pangan secara bertahap. (*)
***
Sumber : kaltimpost.jawapos.com
Editor : Rachaddian (dion)