Search

Warga Sungai Keledang dan Polisi Hadang Aksi Balap Liar di Jalan Bung Tomo, Samarinda

Selasa, 8 Juli 2025
Foto : Warga Sungai Keledang kembali memblokir Jalan Bung Tomo untuk menghentikan balap liar.

Liputanborneo.com, Samarinda – Balap liar kembali menyulut keresahan di kawasan Sungai Keledang, Kota Samarinda. Jalan Bung Tomo yang kerap dijadikan arena balapan tak resmi pada dini hari, kini mendapat reaksi tegas dari warga. Kesal karena aktivitas itu tak kunjung reda meski berulang kali dibubarkan, warga bersama petugas kepolisian akhirnya mengambil langkah konkret dengan memblokir jalan pada Minggu dini hari (6/7/2025).

Aksi blokade jalan dilakukan menjelang waktu subuh, tepat saat para pembalap liar mulai memadati ruas jalan dengan deru mesin dan atraksi membahayakan. Bukannya surut, keramaian justru kian memuncak, membuat warga turun langsung untuk mengambil tindakan demi keselamatan bersama.

Didampingi personel polisi lalu lintas dari Polsek Seberang Samarinda, warga Sungai Keledang menghadang para pelaku balap liar yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Beberapa di antaranya melarikan diri, termasuk para penonton muda-mudi yang sedari malam telah berkumpul menyaksikan aksi yang disebut-sebut sebagai “pertunjukan jalanan”.

Namun, seperti pola sebelumnya, pengusiran ini belum mampu memberikan efek jera. Para pelaku balap liar terlihat kembali bermanuver dengan cara berpindah lokasi ke Jalan KH Harun Nafsi. Setelah situasi di sana kembali ditekan aparat, para pembalap tersebut kembali ke Jalan Bung Tomo dan mengulangi aksinya.

Kondisi ini menunjukkan pola perlawanan yang sistematis dan terorganisir, namun tanpa tanggung jawab sosial. Ketua RT 3 Kelurahan Sungai Keledang, Hatta Mustafa Arifin, membenarkan bahwa aktivitas balap liar tersebut seolah bermain “kucing-kucingan” dengan aparat.

Mereka (pelaku balap liar) memang kucing-kucingan dengan petugas. Kalau di Jalan Bung Tomo dibubarkan, mereka pindah ke jalan lain. Dan kembali lagi ke Jalan Bung Tomo kalau di tempat lain juga dibubarkan,” kata Hatta.

Ia menambahkan, lokasi di depan Perumahan Keledang Mas sering dijadikan titik awal atau “starting line” oleh para pembalap liar. Maka dari itu, ia mengusulkan kepada pihak berwenang untuk menempatkan pos pantau atau unit patroli khusus di titik tersebut agar aksi balapan bisa dicegah sejak dini.

Seperti di depan Perumahan Keledang Mas itu, karena di situ adalah titik start balap liar,” tandasnya.

Keresahan warga ini bukan tanpa alasan. Aktivitas balap liar tidak hanya mengganggu ketertiban umum, tetapi juga membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Tidak sedikit kendaraan umum yang nyaris terserempet atau terlibat insiden akibat aksi sembrono para pembalap tak resmi ini.

Lebih dari itu, warga menilai bahwa langkah pembubaran yang dilakukan selama ini belum menyentuh akar persoalan. Minimnya pengawasan di waktu-waktu rawan, serta kurangnya upaya preventif dan edukatif terhadap remaja dan pemuda dinilai sebagai celah yang memungkinkan aktivitas ini terus tumbuh.

Dalam jangka panjang, masyarakat Sungai Keledang berharap ada penanganan lebih serius dan terstruktur dari pemerintah daerah, kepolisian, serta pihak terkait lainnya. Tidak hanya dalam bentuk patroli, tetapi juga penegakan hukum, pemetaan titik rawan, serta pembinaan alternatif kegiatan yang lebih positif bagi anak muda.

Jika tidak ditindak tegas dan menyeluruh, dikhawatirkan aksi balap liar ini akan terus merugikan masyarakat luas dan menciptakan ruang publik yang tidak aman di tengah kota. (*)


Sumber : sapos.co.id
Editor : Rachaddian

BERITA LAINNYA