Liputanborneo.com, SAMARINDA – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Samarinda, Kalimantan Timur, menyisakan potret kontras. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim mengalokasikan anggaran hingga Rp500 juta untuk pelaksanaan upacara pengibaran bendera serta konser musik dengan menghadirkan artis ibu kota.
Di sisi lain, masyarakat di Kelurahan Simpang Pasir, Kecamatan Palaran, harus bergotong-royong menggalang dana swadaya agar bisa turut merayakan momentum kemerdekaan.
Faroek, Ketua Panitia lomba Simpang Pasir, menuturkan bahwa warga mengumpulkan dana secara sukarela demi menggelar lomba dan menyiapkan hadiah untuk para peserta.
“Ini salah satu cara agar kita bisa merayakan kemerdekaan ini. Kalau menunggu bantuan dana pemerintah saya rasa juga tidak mungkin diberikan,” ujarnya.
Menurut Faroek, cara swadaya ini membuat perayaan lebih inklusif tanpa membebani warga dengan iuran yang memberatkan. Dengan begitu, seluruh kalangan dapat ikut serta dalam suasana kebersamaan.
Ia menambahkan, kegiatan swadaya tersebut sudah menjadi tradisi tahunan warga Simpang Pasir. Hanya saja, ia berharap ke depan ada perhatian lebih dari pemerintah agar kegiatan berbasis kebersamaan seperti ini bisa mendapat dukungan.
Kontras ini memperlihatkan ironi perayaan kemerdekaan. Ketika pemerintah menggelontorkan anggaran besar untuk acara seremonial, masyarakat di akar rumput justru harus mengandalkan semangat gotong royong dan pengorbanan pribadi demi menjaga makna kemerdekaan tetap hidup. (*)
***
Sumber : sapos.co.id
Editor : Rachaddian (dion)