Search

Dari Hutan Kalimantan ke Laboratorium Jepang: Mahasiswa Unmul Pelajari Masa Depan Nanoteknologi Kayu

Rabu, 2 Juli 2025

Samarinda – Langkah Rezky Ramandha Christiansyah, mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, mengantarkannya dari rimbunnya hutan Kalimantan ke jantung riset teknologi Jepang. Ia menjadi satu dari 12 mahasiswa terpilih secara nasional dalam program prestisius International Student Exchange Program (ISEP) Forest Study Tour in Japan 2025, hasil kolaborasi antara Unmul, Kyoto University, Mie University, dan Kyoto Prefectural University, dengan dukungan perusahaan kayu Jepang, Hayashida Junpei Shoten Co.

Seleksi yang ketat membuat pencapaian Mandha—sapaan akrabnya—terasa lebih istimewa. Dari hampir 200 pendaftar, ia harus melewati seleksi berkas, unjuk bakat budaya, hingga wawancara berbahasa Inggris.

“Ini sudah tahun ketiga, dan semakin banyak mahasiswa kehutanan yang tertarik mendaftar. Mendaftar karena memang direkomendasikan sama dosen, di sisi lain saya juga punya kemampuan bahasa Inggris dan bisa main wayang,” tuturnya.

Mandha menonjol karena keahliannya dalam seni pewayangan. Ia menjadi satu-satunya peserta yang membawakan pertunjukan itu saat sesi unjuk bakat, sekaligus menunjukkan kemampuan komunikasinya yang matang saat sesi wawancara.

Petualangannya dimulai 13 Juni lalu, dan sejak hari pertama, para peserta disambut dengan budaya Jepang. “Jadi kami sudah saling kenal,” katanya terkekeh, mengingat kedekatannya dengan mahasiswa Jepang yang sebelumnya berkunjung ke Samarinda.

Namun momen paling mencengangkan datang saat sesi perkuliahan di Kyoto University. Materi dari Asisten Profesor Tanaka mengenai nanocellulose membuka cakrawala baru.

“Materi itu membuka wawasan kami. Bahwa dari tanaman, bahkan dari komponen terkecil nanoselulosa, bisa tercipta berbagai produk ramah lingkungan seperti mobil, drone, hingga pendingin ruangan yang lebih efisien dan hemat energi,” ujar Mandha.

Kunjungan ke Wood Research Institute dan Xylarium, dengan lebih dari 15.000 sampel kayu dari 3.600 spesies, juga memperkaya pemahaman mereka akan kekuatan ekologi tropis yang dimiliki Indonesia.

Dengan membawa ilmu dari Jepang, Mandha bukan sekadar belajar. Ia menyiapkan diri untuk menjadi penghubung antara sumber daya alam Kalimantan dan inovasi teknologi hijau masa depan. (*)

BERITA LAINNYA