Search
Search
Close this search box.

Kukar Idaman, Upaya Pemerintah Tingkatkan Kehidupan Nelayan

Minggu, 8 September 2024
Foto: Nelayan dapat bantuan dari Program Kukar Idaman. (Istimewa)
Foto: Nelayan dapat bantuan dari Program Kukar Idaman. (Istimewa)

Kutai Kartanegara – Sejuta langkah ditempuh perahu-perahu fiber di tepi Danau Jempang, Desa Jantur Selatan, Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara.

Setiap pagi yang cerah, mesin ketinting berderu, mengantar nelayan seperti Barkati menuju tengah danau, tempat di mana ikan-ikan nila diharapkan akan mengisi jala mereka.

Bantuan mesin ketinting dari program Kukar Idaman yang digagas Bupati Edi Damansyah dan Wabup Rendi Solihin, menjadi teman setia para nelayan.

Mesin dengan kapasitas sebesar 16 PK ini memungkinkan mereka melawan arus dan menantang angin dengan lebih mudah.

Dahulu kata Barkati, dengan mesin ces yang hanya berkapasitas 5 atau 6 PK, mereka harus berjuang keras melawan angin kencang di lautan.

“Mesin-mesin kecil itu kadang tidak kuat melawan arus, apalagi kalau angin kencang,” kenangnya.

Selain mesin ketinting, program Kukar Idaman juga memberikan bantuan perahu fiber yang lebih tahan lama dibandingkan perahu kayu tradisional.

Perahu-perahu fiber ini bisa bertahan 5-6 tahun, sehingga sangat membantu nelayan dalam melakukan pekerjaannya dengan lebih efisien.

“Bahan fiber ini sangat awet. Kami tidak perlu terlalu sering mengganti perahu seperti dulu.”

Namun, di balik setiap deru mesin itu, ada cerita yang lebih mendalam. Mesin ketinting baru ini, meski lebih kuat, hanya setengah dari tantangan yang dihadapi oleh nelayan seperti Barkati.

Harga ikan nila, yang menjadi andalan utama di Danau Jempang, kini terjun bebas. Masalah ini membuat Barkati dan nelayan lainnya mengeluh.

“Sekarang, harga sekilo ikan nila cuma Rp1.000. Itu pun sulit terjual,” keluh Barkati.

Sementara itu, harga bahan bakar terus naik. Pertalite kini mencapai Rp14.000 per liter, membuat setiap perjalanan ke danau terasa semakin berat.

Setiap tetes bahan bakar terasa begitu mahal, seolah-olah perjuangan di danau belum cukup.

“Kami sudah diminta pemkab membuat kartu, katanya untuk subsidi minyak. Itu yang kami tunggu-tunggu,” bebernya, mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah.

Bukan hanya Barkati yang merasakan hal ini. Di Desa Liang, Kecamatan Kota Bangun, Rusman, seorang nelayan berusia 35 tahun, menatap perahu-perahu yang hilir mudik di danau.

“Saya ini cuma lulusan SD, jadi nelayan sejak usia belasan tahun. Dulu, tak pernah sebanyak ini nelayan yang berperahu ke danau,” katanya, tersenyum kecil.

Meskipun belum mendapatkan bantuan langsung dari program Kukar Idaman, Rusman tak bisa menahan rasa kagumnya. Ia melihat sendiri perubahan yang dibawa oleh program ini. Kini, banyak nelayan bisa melaut dengan perahu fiber yang lebih kuat.

Namun, di balik kekaguman itu, Rusman dan kelompoknya masih menunggu giliran. Mereka sudah mengajukan usulan bantuan perahu dan mesin, tapi sampai sekarang belum juga terealisasi.

“Saya yakin, program ini tidak akan berhenti di sini,” tegas Rusman penuh keyakinan. Ia percaya, suatu hari nanti giliran mereka akan tiba.

Bagi nelayan seperti Barkati dan Rusman, bantuan mesin adalah awal, tapi jalan menuju kehidupan yang lebih baik masih panjang. Mereka butuh dukungan berkelanjutan.

BERITA LAINNYA