Liputanborneo.com, SAMARINDA – Sejak pertengahan 2024, Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) di Kalimantan Timur terus mengalami kenaikan. Pada Februari 2025, NTP Kaltim tercatat di angka 148,1, naik 0,46 persen dibandingkan Januari yang mencapai 147,36.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim, Yusniar Juliana, menjelaskan bahwa angka ini menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di Kaltim semakin membaik. “Angka ini menunjukkan jika petani Kaltim tergolong makmur,” ujarnya.
NTP sendiri merupakan indikator yang membandingkan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang mereka bayarkan. Jika NTP di atas 100, petani dianggap memperoleh keuntungan, dan semakin tinggi angkanya, semakin baik pula kondisi ekonomi mereka.
Sejak Juni 2024, NTP Kaltim mengalami kenaikan signifikan, dimulai dari angka 135,56, naik ke 137,8 pada Juli, kemudian 138,91 di Agustus. Setelah sempat turun pada September (130,13) dan Oktober (130,16), NTP kembali naik menjadi 142,59 pada November dan 145,35 di Desember 2024, hingga akhirnya mencapai 148,1 pada Februari 2025.
Menurut Yusniar, kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,46 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani turun 0,04 persen.
Secara subsektor, NTP tertinggi masih didominasi oleh tanaman perkebunan rakyat dengan angka 208,63. Berikut rincian NTP pada Februari 2025:
• Tanaman pangan: 101,08
• Hortikultura: 124,12
• Tanaman perkebunan rakyat: 208,63
• Peternakan: 107,76
• Nelayan dan pembudi daya ikan: 101,53
Pada Februari 2025, empat subsektor mengalami kenaikan NTP, yakni tanaman pangan (1,02 persen), hortikultura (3,14 persen), tanaman perkebunan rakyat (0,20 persen), dan perikanan (0,58 persen). Namun, subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 1,06 persen.
Selain itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga naik 0,29 persen dari 152,18 pada Januari menjadi 152,62 pada Februari 2025.
Beberapa subsektor yang mengalami kenaikan NTUP adalah tanaman pangan (0,87 persen), hortikultura (2,73 persen), dan perikanan (0,09 persen). Namun, subsektor tanaman perkebunan rakyat dan peternakan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,01 persen dan 0,99 persen.
Kondisi ini mencerminkan bahwa sebagian besar petani Kaltim, terutama di sektor perkebunan rakyat, masih menikmati keuntungan yang stabil. Dengan terus naiknya NTP, kesejahteraan petani di Kalimantan Timur diharapkan tetap terjaga. (*)
Penulis : Rachaddian (dion)