Liputanborneo.com, Jakarta – Jagat media sosial Indonesia dibuat heboh pada Sabtu, 1 Februari 2025, setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di layanan Google Finance menunjukkan angka yang tidak biasa. Dalam pencarian “USD to IDR,” dolar AS tercatat hanya Rp 8.170, menandakan penurunan lebih dari 50 persen dari nilai sebenarnya.
Selain dolar AS, euro juga mengalami kejanggalan serupa. Data di Google Finance menunjukkan nilai euro terhadap rupiah di kisaran Rp 8.348, turun 50,68 persen. Informasi ini dengan cepat menyebar di media sosial, membuat kata kunci “dolar” dan “1 USD” menjadi trending di platform X (sebelumnya Twitter) hingga malam hari.
Fenomena ini memicu berbagai spekulasi di kalangan warganet. Beberapa pengguna menduga adanya kesalahan teknis di sistem Google, sementara yang lain mengaitkannya dengan isu geopolitik atau bahkan serangan siber. Cuitan-cuitan bernada bercanda hingga spekulatif pun bermunculan, salah satunya dari akun @T** yang menulis, “Ini beneran harga dollar cuma 8000-an?”.
Namun, kenyataannya berbeda. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menegaskan bahwa angka tersebut tidak mencerminkan nilai tukar yang sebenarnya. Ia mengungkapkan bahwa nilai tukar dolar AS terhadap rupiah masih berada di kisaran Rp 16.333 berdasarkan pantauan Bank Indonesia.
“Ada permasalahan di Googlenya,” ujar Destry saat dikonfirmasi, Sabtu (1/2/2025).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, juga menekankan bahwa kurs yang ditampilkan Google Finance tidak akurat. “Data Bank Indonesia mencatat kurs Rp 16.312 per dolar AS pada 31 Januari 2025,” katanya. BI pun telah melaporkan ketidaksesuaian ini ke Google Indonesia untuk segera dikoreksi.
Kesalahan serupa bukan pertama kali terjadi. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menduga error pada Google menjadi penyebab utama, meskipun ia juga tidak menutup kemungkinan adanya peretasan. “Lagi error (Google-red), sekarang rupiah 16.300 (terhadap dolar AS-red). Hacker yang bermain sedang coba otak-atik sehingga muncul 8.000,” kata Ibrahim.
Lebih lanjut, ia memprediksi bahwa rupiah masih berpotensi melemah pada Senin, 3 Februari 2025, dan bergerak di kisaran Rp 16.300-Rp 16.360 per dolar AS. Sentimen global, seperti kebijakan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump dan keputusan The Federal Reserve yang tetap mempertahankan suku bunga, turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Sementara itu, kurs resmi di berbagai layanan keuangan tetap menunjukkan nilai tukar yang normal. Data RTI, Xe.com, serta kurs perbankan seperti BCA dan Livin’ by Mandiri menunjukkan bahwa dolar AS masih berada di kisaran Rp 16.295 hingga Rp 16.357. Dengan demikian, informasi yang beredar di Google Finance hanyalah anomali yang tidak merefleksikan kondisi pasar sesungguhnya.
Hingga kini, pihak Google belum memberikan pernyataan resmi terkait kesalahan tampilan kurs tersebut. Kasus ini mengingatkan bahwa dalam mendapatkan informasi finansial, penting untuk memverifikasi dari berbagai sumber terpercaya guna menghindari kesalahpahaman. (*)
Penulis : Rachaddian (dion)